by : Guyup Suroso
Saat engkau tiba disimpang jalan lalu ku bimbang untuk tentukan arah tujuan, Jalan terjal yang ku pilih, penuh lubang dan mendaki
Saat engkau tiba, dipersimpang jalan kami bingung menentukan arah tujuan. Kehadiranmu telah menghentikan kebahagiaan kami, kehadiranmu menjadikan kesenangan dan kebahagiaan kami terganggu. Aku harus berpisah serta menjaga jarak dengan guru dan teman-temanku. Dipersimpangan kami semua berpisah, menjaga jarak berjauhan untuk menghindar darimu, ku ingin selalu bersama guru dan teman-teman walau jalan yang kami tempuh sangat terjal penuh lubang dan mendaki.
Guruku tersayang Guru tercinta, Tanpamu apa jadinya aku, Tak bisa baca tulis, Mengerti banyak hal, Guruku terimakasihku. Nyatanya diriku Kadang buatmu marah Namun segala maaf Kau berikan, (Melly Goeslaw 2004)
"Semakin lama pandemi berahir, maka semakin dalam dampaknya pada pendidikan, kesehatan, gizi dan kesejahteraan anak-anak. Masa depan seluruh generasi terancam," (Unicef 2020)
Dampak Pandemi Covid-19 begitu dasyat menguncang dunia. Salah satunya adalah dunia pendidikan. Dimana pola pendidikan dengan belajar tatap muka diganti dengan sistem daring (online). Panjangnya masa pembelajaran daring ini menimbulkan efek kejenuhan bagi para murid, akibatnya mereka jadi malas untuk melakukan kegiatan belajar.
Ancaman dari lamanya pembelajaran daring atau belajar jarak jauh akibat dari Pandemi Covi-19 ini terlihat di depan mata, yang paling membuat kita miris adalah adanya potensi terjadinya Lost Generation siswa-siswa angkatan tahun ajaran 2020-2021 dan mungkin sesudahnya. Karena yang diajarkan pada para siswa dan siswi tersebut lebih banyak aspek kognitif sementara afektif dan psykomotor terabaikan sebab tanpa interaksi langsung. Dunia pendidikan mempunyai hutang bahkan tak terbayar walau setelah pandemi menghilang. Karena aspek afektif dan psykomotorik dalam pembentukan karakter sesuai usia anak didik hilang terputus selama proses pembelajaran daring berlangsung.
Terputusnya interaksi langsung guru dengan murid mengakibatkan kebingungan semua pihak, baik pemerinah, Dinas Pendidikan, sekolah, Orang tua murid serta seluruh masyarakat. Untuk meminimalisir dan mencegah Lost Generation Pemerintah melalui Kemendikbud menggelontorkan Sembilan Triliun anggaran untuk pemberian pulsa internet bagi siswa dan guru belumlah cukup (Jawa Pos, 13/8/20). Masih banyak kelemahan terjadi, belajar jarak jauh terasa banyak kelemahan, permasalahan yang timbul kejenuhan peserta didik yang terus menerus menghadapi HP atau laptop dengan minimnya pengarahan dan bimbingan dari orang tua murid telah mengakibatkan banyak penyimpangan dalam proses pembelajaran di rumah. Belum tentu tugas-tugas dari guru itu dikerjakan oleh murid itu sendiri, sebab yang terjadi saat ini pada ahirnya dikerjakan oleh orang tua. Di awal pelajaran saat interaksi jarak jauh dengan guru anak-anak aktif akan tetapi setelah pelajaran daring selesai anak-anak asyik dengan fitur-fitur lain yang mengakibatkan anak-anak menjadi korban gadget digital. Sehingga dikhawatirkan apabila pembelajaran daring ini berjalan lama, maka dampaknya akan berkepanjangan. Potensi untuk terjadinya Lost Generation akan semakin besar.
Jalan terjal yang ku tempuh, penuh lubang dan mendaki pun terjadi, yang biasanya para orang tua pasrah bulat-bulat menyerahkan pendidikan bagi putra-putrinya kepada guru-gurunya di sekolah, namun pada saat ini semua orang tua harus menyiapkan semua alat peraga serta fasilitas guna proses pembelajaran daring, kini giliran orang tua harus mendidik anak-anak mereka masing-masing di rumah. Ternyata mengajar, membina mendidik bukan perkara mudah. Orang tua merasakan tak sanggup mengajari semua bidang studi, karena mereka tidak menguasai semua mata pelajaran yang diberikan. Mengajar, membina membimbing serta mendidik gabung menjadi satu bukanlah perkara mudah bagi sesorang yang tidak memiliki bekal didaktik-metodik, psycologi pendidikan dan ilmu mendidik lainnya. Mengajar serta membina didik diperlukan bekal kesabaran, selain ketekunan juga harus memiliki ilmu yang mumpuni. Disinilah ahirnya disadari bahwa guru merupakan orang profesional yang memiliki keahlian khusus yang tidak dapat digantikan oleh sembarang orang.
Guruku tersayang Guru tercinta Tanpamu apa jadinya aku. Rasa kangen dan sayang dari seorang guru yang biasanya dirasakan setiap hari pada pembelajaran tatap muka, menjadi pendorong dan pendobrak walau jauh tapi tetap terasa dekat dengan anak-anak didik. Meramu langkah-langkah guna menciptakan inovasi-inovasi yang dapat menunjang siswa agar bisa menikmati belajar agar tidak jenuh dengan pembelajaran online. Relaksasi kurikulum dengan tema-tema menyesuiakan dengan kondisi saat inipun telah dilakukan. Dengan adanya relaksasi maka anak akan merasa nyaman dan tidak terbebani dengan tugas belajar yang amat banyak tanpa bimbingan dari dekat dari seorang guru.
Eling dan waspada harus tercipta lakukan langkah-langkah tepat ciptakan inovasi serta wujudkan sinergi guna antisipasi cegah terjadi Lost Generation anak negeri.
