Selasa, 29 Mei 2018

Orientasi Menuju Sebuah Akreditasi

by : Guyup Suroso 

Banyak satuan PAUD virtual. Demikian, pernyataan Kepala Dinas Pendidikan kota Cilegon pada saat pemberian sepeda motor kepada seluruh penilik Paud dan Dikmas kota Cilegon. Artinya, penyelenggaran satuan pendidikan PAUD yang terkesan tidak serius. Satuan pendidikan PAUD yang kelahirannya hanya ikut-ikutan saja, tanpa memahami visi dan misi, menguasai program dan konsep satuan pendidikan. Fakta, bahwa PAUD relatif masih muda di dalam pengembangan satuan pendidikan, dibanding dengan jenjang pendidikan di atasnya. Oleh sebab itu, sangat wajar jika banyak memiliki kekurangan atau kelemahan. Perkembangan pesat satuan pendidikan PAUD secara kuantitas, belum berimbang dengan kualitas layanan. 

Kualitas layanan adalah faktor terpenting dalam meraih kepercayaan orangtua/masyarakat. Mengapa satuan pendidikan seyogyanya mampu meraih kepercayaan orangtua/masyarakat? Jawabannya, jumlah peserta didik suatu satuan pendidikan, menentukan keberlangsungan dan keberlanjutan satuan pendidikan tersebut. Semakin tinggi tingkat kepercayaan orangtua/masyarakat terhadap satuan pendidikan PAUD, maka semakin besar jumlah peserta didiknya, dan berarti satuan pendidikan tersebut memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sebagai satuan pendidikan PAUD yang mandiri. Mandiri dalam profesional juga mandiri dalam implementasi 8 Standar Nasional Pendidikan. Jika kedua hal tesebut bisa dilalui dan dilaksanakan berarti lembaga tersebut memiliki kemandirian untuk menjadi sebuah lembaga menuju akreditasi terbaik.    

Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan progam/satuan pendidikan sesuai jalur, jenis dan jenjang pendidikan. (UU Sisdikbas 20/th 2003, pasal 60). Akredtasi adalah kegiatan penilaian progam/satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Bedasarkan konsep tersebut dapat dijelaskan bahwa Akreditasi adalah penilaian yang didasarkan pada fakta dan data yang dimiliki satuan pendidikan. Fakta, artinya keadaan yang sesungguhnya tanpa direkayasa. Data, artinya segala catatan atau bukti fisik dari fakta. Tujuan akreditasi tidak berhenti pada diperolehnya status akreditasi. Ada hal yang lebih mendasar yang perlu disadari. Bahwa fungsi akreditasi adalah memberikan data bahan pemetaan kondisi tingkat mutu layanan satuan pendidikan. Data tersebut, yang seharusnya ditindaklanjuti dengan proses pembinaan dan Pembimbingan. Tujuannya agar terjadi peningkatan mutu layanan pada masa selanjutnya. Pemerintah (Kemendikbud), akan menggunakan data ini sebagai dasar pengembangan program-program peningkatan kualitas layanan satuan pendidikan berorientasi pada 8 SNP. Menjadi ironis jika akreditasi menjadi sebuah target. Akreditasi, dimaknai beberapa pihak menjadi sebuah tujuan akhir, bukan bagian dari sebuah proses. Bahwa indikator keberhasilan akreditasi terpenuhinya data-data borang (instrumen) akreditasi, bukan seberapa validnya, sebagai rekam jejak satuan Pendidikan, dalam mencapai 8 SNP. 

Oleh sebab itu, ditengah-tengah upaya pemenuhan target tersebut, maka yang terjadi adalah gerakan beramai-ramai pembimbingan akreditasi. Orang melupakan bahwa, sebenarnya, akreditasi untuk memotret satuan pendidikan dalam memenuhi 8 SNP. Perlu segera disadari, betapa mirisnya, dampak dari pergeseran subtansi akreditasi. Bisa dibayangkan, jika di tingkat bawah, terbangun konsep akreditasi sebatas pencapaian lengkap tidaknya bukti fisik/data sebagai mana yang tercantum dalam butir-butir instrumen. Yang terjadi, maka Pembimbingan akreditasi sebatas bagaimana melengkapi borang (instrumen) akreditasi. Makna yang perlu direnungkan, bahwa akreditasi dalam rangka mendukung pencapaian mutu layanan satuan pendidikan adalah berdasarkan 8 SNP. Oleh sebab itu, fungsi akreditasi sebagai bagian dari proses pembinaan, perlu mendapatkan penekanan. Hasil akreditasi, akan dijadikan bahan pembinaan/Pembimbingan satuan pendidikan. Konsekuensinya, maka untuk mencapai mutu tersebut bukan pada pencapaian status akreditasi, melainkan pada Pembimbingan/Pembinaan satuan pendidikan. Perlu adanya Penguatan Proses Pembinaan/Pembimbingan. Bagaimana menyusun konsep Pembimbingan/Pembinaan yang berorientasi pada pencapaian 8 SNP ? Tidak ada pilihan yang lebih tepat selain penguatan bagaimana satuan pendidikan berproses untuk mencapai mutu layanan berdasar 8 SNP. Oleh sebab itu, jika pemerintah mengharapkan satuan pendidikan berkembang menuju pencapaian mutu yang terstandar, harus dimulai dengan peningkatan kompetensi para Pejabat Fungsional Pengendali Mutu dan Penjamin Mutu dilapangan yaitu penilik dan Pengawas Pendidikan. Kompetensi yang dimaksud mencakup 2 hal pokok, yaitu : penguasaan program PAUDDIKMAS dan Penguasaan 8 SNP. Program PAUDDIKMAS mencakup : kurikulum, materi/bahan ajar, metode/strategi pembelajaran, media dan sumber belajar, dsb. Sedangkan penguasaan 8 SNP, bermakna bagaimana menguraikan Program PAUDDIKMAS tersebut, ke dalam masing-masing 8 komponen SNP.

Cilegon, Mei 2018


Cover

Cover Dokumen

Kata Pengantar Daftar Isi Dokumen

Kata Pengantar Daftar Isi Dokumen

Lembar Pengesahan Dokumen

Lembar Pengesahan Dokumen

PROGRAM TAHUNAN PAUD

Program Tahunan Paud

PROGRAM SEMESTER PAUD

Program Semester Paud

KI & KD INDIKATOR PAUD KELOMPOK A

KI & KD Indikator Paud Kelompok A

KI & KD IDIKATOR PAUD KELOMPOK B

KI & KI Indikator Paud Kelompok B

TEMA DAN SUB TEMA K 13 PAUD

Tema dan Sub Tema K 13 Paud

RPPM PAUD SEMESTER 1 KELOMPOK A

RPPM Paud Semester 1 Kelompok A

RPPM PAUD SEMESTER 2 KELOMPOK A

RPPM Paud Semester 2 Kelompok A

RPPM PAUD SEMESTER 1 KELOMPOK B

RPPM Paud Semester 1 Kelompok B

RPPM PAUD SEMESTER 2 KELOMPOK B

RPPM Paud Semester 2 Kelompok B

RPPH PAUD SEMESTER 1 KELOMPOK A

RPPH Paud Semester 1 Kelompok A

RPPH PAUD SEMESTER 2 KELOMPOK A

RPPH Paud Semester 2 Kelompok A

RPPH PAUD SEMESTER 1 KELOMPOK B

RPPH Paud Semester 1 Kelompok B

RPPH PAUD SEMESTER 2 KELOMPOK B

RPPH Paud Semester 2 Kelompok B

Senin, 28 Mei 2018

Kalender Pendidikan Paud Chasanah

Kalender Pendidikan 2018 Paud Chasanah

SOP Paud Chasanah

SOP Paud Chasanah kecamatan Jombang kota Cilegon

Program Semester Paud Chasanah

Program Semester Paud Chasanah Cilegon

Program Tahunan Paud

Program Tahunan Paud Chasanah

Tema dan Sub Tema K13 Paud

Tema dan Sub Tema K13 Paud

Materi dan Indikator kelas B

Materi dan Indikator Paud kelas B

Materi dan Indikator Kelas A

Materi dan Indikator Paud Kelas A

Dokumen 1

Dokumen 1

Lembar Pengesahan

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Kata Pengantar

Cover Dokumen 1

Cover

Sabtu, 26 Mei 2018

SK SK LEMBAGA

SK GTK Paud

Penanaman Sikap terhadap adanya Tuhan terhadap usia Paud


Penanaman sikap pada siswa PAUD TK RA meliputi: Menanamkan sikap adanya tuhan melalui ciptaan-nya, menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada tuhan, perilaku hidup sehat, sikap ingin tahu, sikap kreatif, sikap estetis, sikap percaya diri, sikap taat pada aturan, sikap mandiri, sikap sabar, sikap peduli, sikap toleran, sikap sopan, sikap tanggung jawab, sikap menyesuaikan diri, dan sikap jujur.
Yuk kita simak beberapa contoh berikut satu per satu yang disebutkan diatas:
1. Mengenalkan sikap “ADANYA TUHAN MELALUI CIPTAAN-NYA”
Kegiatan: Bermain di halaman
Guru mengajak anak-anak ke halaman untuk memperhatikan benda-benda di sekitarnya.
Pendidik menanyakan ”apa saja benda yang ditemui anak-anak. Siapa yang menciptakan bunga, kupu-kupu, batu dsb.”
Mendiskusikan benda-benda lain ciptaan Tuhan
Diskusi kegunaan benda-benda ciptaan Tuhan
Diskusi bagaimana jika benda-benda ciptaan Tuhan tidak ada
Mendiskusikan apa yang harus dilakukan agar ciptaan Tuhan yang ada di halaman itu tidak rusak.
Guru mencontohkan ucapan takjub saat melihat ciptaan Tuhan, misalnya, ”...Masya Allah ... bagus sekali bunganya...” atau ” ...Puji Tuhan halus sekali bulu kelinci ini...”, dan sebagainya.
Mengajak anak untuk membereskan dan memelihara tanaman yang ada di halaman satuan PAUD.

2. Mengenalkan sikap ” MENGHARGAI DIRI SENDIRI, ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI RASA SYUKUR KEPADA TUHAN”
Kegiatan : berdiskusi tentang bersyukur
Guru memperlihatkan foto keluarga setiap anak.
Guru menanyakan ”yang dirasakan” pada keluarga atau teman.
Mendiskusikan perasaan anak bila ada keluarga atau teman yang sakit.
Mendiskusikan apa yang harus dilakukan pada keluarga dan teman.
Mendiskusikan bagaimana caranya menyayangi keluarga dan teman?
Guru mencontohkan cara berbicara santun pada orang tua dan teman.
Anak diajak berdiskusi perilaku yang tidak boleh dilakukan pada keluarga dan teman
Mempraktikkan cara mengucapkan syukur kepada Tuhan sesuai dengan agamanya.

3. Menanamkan sikap “PERILAKU HIDUP SEHAT”
Kegiatan: Memeriksa gigi
Guru memperlihatkan gambar gigi dan mendiskusikan ”kegunaan gigi”
Menanyakan apakah gigi bisa sakit dan bagaimana jika giginya sakit
Mendiskusikan apa yang harus dilakukan agar giginya tidak sakit
Mempraktikkan cara menggosok gigi yang benar.
Mengajak anak secara bergantian memeriksakan giginya ke dokter kunjung.
Selagi menunggu temannya diperiksa, anak-anak diajak main tebak-tebakan "gunanya melakukan sesuatu untuk merawat kesehatan diri" dengan menggunakan kartu gambar. Misalnya, gambar yang sedang mandi, mandi gunanya untuk .., mencuci tangan gunanya untuk ..., mengelap meja gunanya untuk ..., membuang sampah di tempat sampah gunanya untuk... dst.

4. Menanamkan “SIKAP INGIN TAHU”
Kegiatan: Bermain dengan magnet Pijakan / Dukungan Guru
Guru menyiapkan alat-alat yang akan dijadikan bahan praktik misalnya magnet, kaleng, paku, plastik, kertas, daun dll.”
Anak-anak diminta untuk mengamati bahan-bahan yang disiapkan
Anak dipersilakan untuk mencoba menggunakan magnet kepada benda-benda yang disediakan
Berdiskusi tentang ”benda yang menempel dan yang tidak bisa menempel di magnet ?”
Berdiskusi mengapa ada benda yang menempel dan ada benda yang tidak menempel pada magnet?
Guru memberi penghargaan saat anak dapat mengelompokkan benda yang dapat menempel dan yang tidak dapat menempel
Anak dipersilakan mencobakan kepada benda lainnya yang ada di ruangan atau halaman.

5. Menanamkan “SIKAP KREATIF”
Kegiatan: Memasak kue
Guru menyiapkan bahan-bahan untuk memasak
Anak-anak mengamati dan merasakan bahan-bahan yang tersedia
Guru menuliskan resep dengan gambar atau kata sederhana
Anak secara bergilir menuangkan bahan sesuai dengan resep yang ditulis atau yang dibacakan guru, lalu bersama-sama mengadoni bahan tersebut sehingga menjadi adonan yang siap dibentuk
Anak berdiskusi gagasan tentang bentuk adonan yang akan dibuat oleh anak
Guru menyampaikan aturan bahwa adonan tidak kotor
Anak diperkenankan untuk menggunakan bahan lainnya bila diperlukan
Guru mempertajam gagasan anak dengan bertanya,” mengapa ini.. untuk apa.. apa yang terjadi bila..dst”
Anak menuangkan gagasan menjadi karya kreatif.
Guru membiasakan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri bila dia menemukan kesulitan melakukan sesuatu
Guru memberi dukungan seperlunya dengan sedikit bantuan, contoh atau dengan kalimat, misalnya, "bagaimana kalau begini.. bisa tidak jika ...."
Guru memberi penghargaan pada keberhasilan yang dicapai anak

6. Menanamkan “SIKAP ESTETIS”
Kegiatan: Membangun dengan balok unit
Guru membacakan buku cerita yang sesuai dengan tema
Anak dipersilakan memikirkan rencana bangunan yang akan dibuatnya.
Guru memperlihatkan cara menyusun balok yang rapi sesuai dengan presisinya.
Mendiskusi dengan anak mengapa menyusun balok harus rapi.
Anak mengemukakan pendapat bagaimana agar hasil karya menjadi rapi dan bersih.
Anak membangun gagasannya dengan balok unit.
Guru menawarkan menggunakan asesoris untuk menambah keindahan dan keutuhan gagasan.
Guru memberikan penghargaan pada setiap hasil karya anak dengan menekankan pada keindahan dan kerapian kerjanya.

7. Menanamkan “SIKAP PERCAYA DIRI”
Kegiatan: outbond
Guru mengenalkan kegiatan yang akan diikuti anak
Guru menyampaikan aturan bermain serta alat pengaman yang harus digunakan
Mendiskusikan siapa yang akan memulai
Guru mendukung semua anak berani mencoba permainan
Anak mencoba permainan dengan pengawasan Tim Teknis ahli
Setelah selesai semua, guru mengajak mendiskusikan apa yang dirasakan anak saat mengikuti permainan
Guru menghargai setiap usaha yang dilakukan anak sebagai proses pembentukan sikap percaya diri

8. Menanamkan “SIKAP TAAT PADA ATURAN”
Kegiatan : Main peran berkendaraan di jalan raya
Sebelum bermain:
Mendiskusikan keadaan di jalan raya
Mendiskusikan aturan di jalan raya
Mendiskusikan mengapa harus mengikuti aturan
Anak menyampaikan contoh perilaku menaati aturan
Contoh perilaku yang tidak mengikuti aturan
Setelah bermain:
Mendiskusikan aturan di satuan PAUD
Mendiskusikan contoh perilaku yang taat aturan
Akibat kalau tidak disiplin mengikuti aturan?
Bagaimana menerapkan aturan?
Bagaimana kalau ada teman tidak disiplin mengikuti aturan?
Guru menguatkan sikap taat yang ditunjukkan anak dengan kalimat, misalnya ”Anisa taat pada aturan bermain, karena sudah mengembalikan mainan ke tempatnya semula.”

9. Menanamkan “SIKAP MANDIRI”
Kegiatan: Membuat patung dari tanah liat
Mendiskusikan bahan main dan kegunaannya
Mendiskusikan gagasan anak membuat sesuatu dengan tanah liat. Setiap anak dipersilakan membuat sesuai dengan keinginannya untuk membangun kemandirian dalam berpikir
Guru mengenalkan kata mandiri dalam bekerja
Mendiskusikan arti mandiri
Mendiskusikan contoh perilaku mandiri saat bermain
Anak membuat karya dengan tanah liat
Guru memberi penghargaan pada usaha anak untuk bekerja secara mandiri.
Setelah kegiatan guru melakukan menguatkan dengan menekankan pada perilaku mandiri anak, misalnya, "semua anak-anak ibu sudah mampu mandiri, mengerjakan sendiri tanpa minta dibantu orang lain."

10. Menanamkan “SIKAP SABAR”
Kegiatan : Membacakan buku ceritera
Guru membacakan buku yang menceritakan anak sabar
Diskusi pemahaman tentang sabar
Mendiskusikan mengapa harus bersabar
Contoh perilaku yang bersabar
Apa akibat nya kalau tidak bersabar
Bagaimana kalau ada teman yang tidak bersabar?
Menerapkan sikap sabar saat bermain, menunggu giliran, menunggu dijemput, dan kegiatan lainnya.
Guru menghargai sikap sabar yang ditunjukkan anak dengan cara menguatkan melalui kalimat, misalnya, ”terima kasih kamu sudah sabar menunggu dijemput mama tanpa marah-marah.”

11. Menanamkan “SIKAP PEDULI”
Kegiatan: Makan Bersama
Guru mempersilakan semua anak duduk di kursi sekeliling meja. Kemudian meminta mereka untuk memperhatikan siapa temannya yang belum hadir.
Guru memastikan semua anak yang sudah duduk sudah mencuci tangannya dengan bersih.
Guru mengajak semua anak memperhatikan temannya apakah ada yang tidak membawa bekal?
Guru mengajak anak untuk saling berbagi makanan yang dibawanya
Guru mengucapkan terima kasih karena anak-anak sudah mau berbagi dan peduli dengan teman.
Guru menawarkan kepada anak siapa yang akan memimpin doa sebelum makan. Kemudian mempersilakan makan bekal masing-masing.
Setelah makan guru mengajak semua anak untuk membereskan dan membersihkan kembali meja dan ruangan dari sisa-sisa makanan.Setelah semua rapi, guru mengajak anak bercerita tentang sikap "peduli"

12. Menanamkan “SIKAP TOLERAN”
Kegiatan: bermain tebak-tebakan dalam kelompok kecil
Guru mengajak anak bermain di halaman. Kemudan anak dibagi dalam kelompok kecil.
Setiap kelompok membuat harus menebak ciri-ciri yang disampaikan kelompok lain.
Guru memperhatikan bagaimana anak berbagi gagasan dalam kelompok. 
d. Guru memperhatikan cara kelompok menentukan dan mengambil kesimpulan tentang”benda” yang akan ditebak kelompok lainnya.
e. Anak bermain tebak-tebakan. Satu kelompok menyebutkan ciri-ciri, kelompok lain menebaknya.
f. Setelah bermain guru menanyakan apa yang dirasakan anak.
g. Guru menghargai sikap toleran yang dimunculkan anak ketika berdiskusi, misalnya. ”tadi ibu melihat saat diskusi kalian saling menghargai pendapat teman. Itu namanya toleransi.”
h. Guru menyampaikan kosakata toleran dan meminta anak untuk memberi contoh sikap toleran.
i. Guru memberikan penguatan berupa kata bangga karena anak-anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan peraturan berbeda.

13. Menanamkan “SIKAP SOPAN”
Kegiatan : Panggung boneka
Guru menyiapkan beberapa boneka dan panggung boneka.
Anak-anak diminta duduk tertib untuk mengikuti cerita panggung boneka tentang anak yang sopan.
Guru memainkan tokoh boneka sebagai anak yang berperilaku sopan dan boneka yang menjadi tokoh anak tidak sopan.
Guru menerapkan kata ”tolong, maaf, terima kasih, permisi.” sebagai contoh perilaku sopan dengan nada rendah dan riang.
Setelah selesai guru mengajak diskusi tentang tokoh mana yang disukai anak, mengapa..?
Guru menanyakan pada anak perilaku sopan santun dan apa akibatnya kalau tidak sopan santun
Bagaimana kalau ada teman yang tidak sopan?

14. Menanamkan “ SIKAP TANGGUNG JAWAB”
Kegiatan : Membereskan kembali mainan
Guru mengajak anak merapikan kembali mainan yang sudah digunakan sesuai dengan tempat semula
Setelah selesai anak diajak duduk untuk mengikuti recalling
Guru mengucapkan terima kasih karena anak-anak sudah bertanggung jawab mengembalikan mainan ke tempat semula sehingga ruangan rapi kembali.
Guru mendiskusikan pengertian tanggung jawab menurut pikiran anak
Anak mendiskusikan contoh perilaku tanggung jawab
Anak mendiskusikan cara mengajak temannya untuk bertanggung jawab.

15. Menanamkan “SIKAP MENYESUAIKAN DIRI”
Strategi: berbelanja di pasar modern
a. Mendiskusikan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan di supermarket
b. Mendiskusikan aturan dan perilaku yang diharapkan di supermarket
c. Mencontohkan bersikap tenang selama di situasi dan lingkungan baru
d. Mencontohkan sikap memilah yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
e. Bersikap sabar dan tenang ketika harus mengantri dan menunggu
f. Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal
g. Mempersilahkan anak berbelanja sesuai dengan keperluannya dan uang yang tersedia
h. Setelah kegiatan guru menanyakan perasaan anak.
i. Guru memberikan penguatan berupa kata bangga karena anak-anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan peraturan berbeda.

16. Menanamkan “SIKAP JUJUR”
Kegiatan: Panggung boneka
Guru memainkan boneka tangan dengan tokoh si jujur dan si pembohong.
Tokoh si jujur mencerminkan perilaku yang tidak berbohong, menghargai miliki teman, mengembalikan benda yang bukan miliknya, mengakui kesalahannya, meminta izin bilamenggunakan benda orang lain.
Setelah selesai bersama anak mendiskusikan; pengertian jujur menurut, mengapa harus jujur, contoh perilaku jujur dan tidak jujur.

Selasa, 01 Mei 2018

Sistem Among Awal Sejarah Hari Pendidikan

by : Guyup Suroso

Ki Hajar Dewantara Pendiri Taman Siswa
Ki Hajar Dewantara lahir Yogyakarta 2 Mei 1889. Tanggal tersebut di abadikan menjadi Hari Pendidikan.
Dalam perjalanan Ki Hajar Dewantara Alias Raden Mas Soewardi Soerjaningrat memberikan kemajuan kepada bangsa Indonesia di dalam bidang pendidikan. sekaligus pendiri perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Ki Hajar Dewantara yang memperoleh sebutan sebagai bapak pendidikan ini memiliki semboyan yang menjadi salah satu kontribusi positif bagi pendidikan di Indonesia. Semboyan tersebut berbunyi “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.

Penjabaran dari semboyan tersebut adalah :
(1) Ing Ngarso Sung Tulodo : Dilihat dari asal katanya, maka ing ngarso sung tuladho itu berasal dari kata ing ngarso yang diartikan di depan, sung (lngsun) yang artinya saya, dan kata tulodo yang artinya tauladan. Dengan demikian arti dari semboyan ki Hajar Dewantara yang pertama ini adalah ketika menjadi pemimpin atau seorang guru harus dapat memberikan suri tauladan untuk semua orang yang ada disekitarnya.
(2) Ing Madyo Mangun Karso : Dari asal katanya, maka Ing Madyo Mangun Karso berasal dari kata Ing Madyo yang diartikan di tengah-tengah, Mangun yang memiliki arti membangun membangkitkan dan karso yang memiliki arti bentuk kemauan atau niat. Dengan demikian makna dari semboyan Ki Hajar Dewantara yang kedua ini adalah seorang guru di tengah-tengah kesibukannya diharapkan dapat membangkitkan semangat terhadap peserta didiknya.
(3) Tut Wuri Handayani : Dari asal katanya, Tut Wuri Handayani, dirangkai dari kata tut wuri yang memiliki arti mengikuti dari belakang ada kata handayani yang memilki arti memberikan motivasi atau dorongan semangat. Dengan demikian semboyan Ki Hajar Dewantara yang ketiga ini memiliki makna bahwa seorang guru diharapkan dapat memberikan suatu dorongan moral dan semangat kepada peserta didik ketika guru tersebut berada di belakang.

Sistem yang menjadi pilar Pendiri Taman Siswa ini dinamakan sistem Among, Among menjadi lebih familiar dengan sebutan momong. Sehingga tugas guru sesungguhnya adalah momong murid atau peserta didik.  Menyokong kodrat alam anak-anak didik, bukan dengan perintah dan larangan. Tetapi dengan tuntunan dan bimbingan, sehingga perkembangan fisik dan batin anak tersebut dapat tumbuh sesuai potensinya. Sistem inilah yang dipakai sebagai kunci pendidikan di Negara negara maju saat ini. Bangsa Indonesia patut berbangga bahwa filosofi pendidikan milik Ki Hajar Dewantara dipratikkan di sekolah-sekolah Finlandia. 

Anies Baswedan Jakarta, (1-12-2014) mengatakan “Sistem Among dipakai Finlandia sejak mereformasi sistem pendidikannya selama 20 tahun sejak awal tahun 1980 sampai tahun 2000, Kemajuan Pendidikan Finlandia merupakan nomor satu di Dunia, Negara lain melihat revolusi pendidikan Finlandia dan meniru sistem Among yang merupakan filosofi Ki Hajar Dewantoro pada implementasi pengajaran di Taman Siswa Yogyakarta yang merupakan sebagai tonggak awal dunia pendidikan di negara Indonesia. "Kita harus mengembalikan sekolahan menjadi taman tempat belajar yang menyenangkan. Jangan sampai anak takut kembali ke sekolah," Melalui sistem Among berarti tugas guru adalah Momong anak bangsa baik dari depan, dari tengah dan dari belakang, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.” Dari depan Seorang guru harus dapat memberikan suri tauladan untuk semua orang yang ada disekitarnya. Dan dari tengah Seorang guru diharapkan dapat membangkitkan semangat terhadap peserta didiknya, sedangkan dari belakang Seorang guru diharapkan dapat memberikan suatu dorongan moral dan semangat kepada peserta didik.

Selamat Memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2018