by : Dr. H. Ismatullah Syihabudin
Kata kata tersebut selalu diucapkan bila para pembesar Kerajaan menerima perintah dari Raja atau bawahan menerima perintah dari atasannya.
Dasar komando saat itu mengandung nilai pengabdian dan keikhlasan dari bawahan pada Junjungannya.
Nyawa, harta benda dan keluarga merupakan kekayaan yang paling berharga namun tugas merupakan kehormatan, selama hayat masih dikandung badan.
Jiwa Ksatria bukan berarti Tentara, jiwa Sipil bukan berarti tidak bernilai pengorbanan, mempertahankan dan membangun negara sama pentingnya dalam sebuah tatanan hidup berbangsa dan bernegara.
Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing, memberikan beban menjadi tanggungjawab semua warga negara dengan tetap memperhatikan jenis dan tugas yang dipikulnya.
Rawe rawe rantas, malang malang mutung, pepatah yang mengajarkan pada kita sifat gotong royong dan kebersamaan berarti penting untuk mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem.
Endog sepetarangan remek siji remek kabeh, sama saja dengan Merdeka atau Mati saat mempertahankan NKRI pada Agresi Militer Belanda Ke-dua 1949, yang ditumpangi Tentara sekutu, salah satunya Australia dab Tentara Gurkha bentukan Inggris dari India.
Esa hilang Dua terbilang, moto penyemangat tentara Jawa Barat saat itu, menjadi efektif dan sangat terkenal dalam berbagai tugas yang dibebankannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar