![]() |
| Farida Ariyani K. Praktisi PAUD Non Formal |
Menjadi Kepala Sekolah PAUD Nonformal
Dituntut bekerja tidak hanya siang sesuai jam kerja, tapi juga hingga malam bahkan dini hari.
Apalagi jika lembaga yang dipimpinnya adalah lembaga pribadi.
Bukan hanya berpikir bagaimana menyajikan program yang menarik, berkualitas, dan memiliki nilai jual, tapi juga berpikir bagaimana menutupi biaya perawatan dan operasional sekolah, yang didalamnya ada biaya ATK, transport guru, perbaikan ringan sarana prasarana, penataan sekolah, warna cat, genteng bocor, saluran mampet, belum ruangan penuh sawang, media bermain yang perlu ditambah, serta beberapa media main, seperti puzzle yang kehilangan keping, mote-mote yang berserakan, beberapa mote malah dengan santai bu guru menyapu memasukkan dalam bak sampah. Jadilah kepala sekolah yang munggutin dari bak sampah, karena merasa bagaimana mengeluarkan dana untuk mengadakan media-media itu.
Belum selesai masalah sarana prasarana, Kepala Sekolah juga harus memikirkan pembinaan dan pelatihan guru, agar guru mampu menjadi bagian dalam menyajikan komponen dalam program sebagai acuan menjalankan pembelajaran.
Ada guru yang mau belajar, mengajak teman sejawat belajar bersama, ada juga guru yang penting hadir, absen dan terlihat Kepala Sekolah, tapi media HP lebih menarik baginya ketimbang mempersiapkan media belajar bagi anak.
Ada lagi guru yang senengnya berdongeng, sehingga sepanjang bersama teman guru, banyakan ngobrolnya ketimbang kerjanya. Ada guru yang seneng matematika, sehingga bagian menghitung berapa kali hadir selama sebulan, kemudian dihitung jika dikalikan tranposrt harian, sampe titik koma tidak pernah keliru.
Ada guru yang senang menilai, sehingga jika menilai kepala sekolah dan menilai guru yang lain dijadikan hobinya sementara luput menilai diri sendiri.
Ada guru yang senang bersih-bersih, sehingga teman guru yang lain sering kehilangan karena beberapa kali dompetnya dibersihin tanpa ijin..
Guru tabungan, .. setiap hari nanyain tabungan, kalo ada mau pinjem dulu..
Dan masih banyak jenis-jenis guru lainnya.
Menjadi Kepala Sekolah,..
Harus memiliki kekuatan lahir dan batin, Kekuatan akal dan hati.
Sebab Kepala Sekolah pantang patah dan remuk meski berhadapan dengan bermacam jenis guru.
Itu bagian intern. Ekstern_nya kita berhadapan dengan bemacam-macam tingkah polah orangtua/walimurid..
Ada yang baik banget, sehingga setiap ketemu kita dibilang : "Cantiik dan segar amat bunda Guru…," padahal…, jelas-jelas kita lagi mandi keringat dan napas ngos-ngosan naek turun abis cuci kamar mandi.
Ada orangtua yang sangat perhatian dengan sekolah, sehingga hampir setiap menit berkomunikasi via japri, nanya kapan kegiatan pembelajaran kembali normal. (Aslinya bukan karena sangat menginginkan pembelajaran juga sih, tapi karna sudah banyak tumbuh tanduk dikepala sangking greget ngajarin anak sendiri).
Ada lagi orangtua PHP, setiap hari kirim video dan VN suara anaknya, bilang kangen bu guru, kangen sekolah, kangen belajar. Tapi, ketika 13 Juli 2020, banyak wa masuk, minta ijin tidak sekolah dulu, mau istirahat di rumah nenek dulu, pandemi, takut tertular, padahal menghindar dari SPP.
Banyak Lembaga PAUD, akhirnya merumahkan guru-gurunya, tutup dan kehabisan daya untuk bertahan.
Kondisi sulit ini, bikin kita praktisi pendidikan menelan rasa iri, dibenak muncul tanya : "Apakah sekolah lebih berbahaya dari mal dan tempat-tempat keramaian lainnya?"
Buktinya setiap hari anak-anak rame kumpul bareng, maen bareng. Setiap weekend jalan ke mall atau ke pantai.
Mamak-mamak juga sudah mulai rame buka arisan, kumpul-kumpul bawa anak, foto ramean dengan dresscode.
Intinyaaa,..
Menjadi Kepala sekolah PAUD khususnya Nonformal, Harus mampu berpikir out of the box, Sebab kepala sekolah, sesungguhnya merangkap seluruh komponen dalam lembaga. Merangkap sebagai guru, tukang bersih2, humas, dan apapun yang dibutuhkan oleh Lembaga agar bisa bertahan dalam masa pandemi ini,
Kita butuh kekuatan yang nyata, bukan sekedar kata atau kalimat pemanis.
Kita butuh aplikasi, implementasi untuk survive.
Mari saling menguatkan Kepala Sekolah "Mencintai sepenuh hati, dari tiada menjadi ada.
Menjadi GURU NONFORMAL,
MATEMATIKA Allah, yang sedikit tapi BERKAH adalah lebih baik, tercukupkan dengan segala Kebaikan didalamnya.
Semoga terus berdatangan diantara kita, praktisi-praktisi PAUD yg masih percaya, segala sesuatu butuh perjuangan, butuh bersusah-susah dulu, bersenang2 kemudian.

Semoga tetap menjadi motivasi bagi para praktisi nonformal. Kita tidak dinilai dari "siapa kita" tapi dari "apa yang kita kerjakan"
BalasHapus