Sabtu, 29 Agustus 2020

Batik

by : Dr. H. Ismatullah, M.Pd

Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon
Motif natural alam Nusantara menjadi dasar berfikir dalam pembuatan aneka ragam kain batik. Pewarna dari berbagai pohon nusantara menyediakan pilihan warna yang kaya akan jenis dan pilihan motif batik yang akan dibuat.

Yang maha kuasa menciptakan berbagai bentuk pohon dengan jenis daun yang berbeda-beda memberikan kekayaaan dan pilihan terhadap motif batik. Batik tulis yang dikerjakan dengan sabar, telaten, dan memakan durasi waktu yang panjang menjadikan nilai batik bermutu dan berharga tinggi. Bertambah sakralnya sebuah situasi menentukan jenis batik yang akan dikenakan.

Kain batik memiliki paduan warna dan motif universal yang bisa di pakai pada situasi dan kondisi apapun,  duka cita, pernikahan, acara kedinasan menjadikan batik, elegan dikenakan oleh berbagai kalangan. Miskin dan kaya tak pernah termarginalkan oleh batik sekalipun saat ini mulai ada pembeda antara batik bernilai tinggi, sedang maupun biasa.

Keberhasilan dunia mode dan kreativitas para perancang busana menjadikan batik bisa diterima oleh bangsa manapun karena originalitas idea, mode, motif dan kreativitas para pembatik sangat memanjakan para penggemar batik.

Seragam tentara di dunia hampir semuanya terinspirasi oleh motif alam sebagai upaya kamuflase untuk mereka, menyatu dengan alam,  itulah falsafahnya uniform tentara.

Kekayaan idea dalam motif batik, menjadikan hak paten batik dimiliki oleh negara pihak tertentu, klaim kita terhadap batik menjadi terkoreksi karena kita semua hanya menjadikan batik sebagai pakaian bukan menjadi kekayaan berharga yang harus kita jaga dan dilestarikan.

Reog, tarian tradisional berbagai daerah, batik, pencak silat, makanan tradisional dan berbagai kekayaan alam lainnya adalah warisan berharga dari nenek moyang kita. Mari kita jaga dan lestarikan kekayaan Nusantara.


Kamis, 27 Agustus 2020

PROGRAM SIRAVEK di Masa Covid-19

by : Dr. H. Ismatullah, M.Pd
Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon

SIRAVEK : Sehat Inovatif Religius Aman Vocational Etika Kompetitif

Pendidikan Sehat : Aktivitas SDM, KBM, mengikuti protocol kesehatan covid-19.

Pendidikan Inovatif : Memberikan solusi yang tepat menghadapi pola pendidikan di masa covid-19.

Pendidikan Religius : Meningkatkan Iman dan Taqwa para PTK dan Siswa di masa covid-19.

Pendidikan Aman : Senantiasa menjaga Aset pendidikan dan memberikan jaminan rasa aman pada PTK, Siswa dan seluruh stake holder pendidikan di masa Covid-19.

Pendidikan Vocational : Menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa serta kreativitasnya sehingga terampil sesuai jenjang Pendidikannya.

Pendidikan Etika : Memperkuat pendidikan karakter serta menjunjung tinggi budaya luhur bangsa Indonesia di masa covid-19.

Pendidikan Kompetitif : Mengikuti era globalisasi dalam menyediakan SDM yang unggul dan terampil sesuai jenjang Pendidikannya di masa covid-19.


Rabu, 26 Agustus 2020

Sekolah Siaga Bencana Kota Cilegon

by Dr. H. Ismatullah, M.Pd

Kadis Pendidikan Kota Cilegon
Latar Belakang :
1 Pembukaaan Undang-undang Dasar 1945 Alinea Ke Empat : Negara Melindungi Segenap Bangsa Indonesia Dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia
2 Cilegon secara georgrafis dan Topografis memiliki potensi bencana baik bencana alam maupun bencana Non Alam serta bencana sosial
3 Berdasarkan Kajian Resiko Bencana Tahun 2017, Tingkat Risiko Bencana Tertinggi di Kota Cilegon yaitu, Banjir Bandang, Cuaca Ektsrim, Gempa Bumi, Tsunami dan Kegagalan Teknologi.
4 Amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 dan Berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2014  Pemerintah Kota Cilegon Membentuk BPBD

Apa itu Bencana  ?
Dalam UU 24/2007 pasal 1 (1) dijelaskan bahwa Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor Non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harga benda dan dampak psikologis dan pada ayat berbunyi (2) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor, serta ayat (3) Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Bencana tidak ada yang tau kapan akan terjadi tapi dapat diprediksi dengan cara mengenali gejala-gejalanya, kita harus mengenal ancaman bencana supaya dapat mengurangi resikonya melalui upaya pencegahan, kesiapsiagaan peringatan dini dan mitigasi bencana berupa serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 

Apa itu Sekolah Siaga Bencana ?
Sekolah Siaga Bencana (SSB) Adalah upaya kesiagaan sekolah dikembangkan untuk menggugah kesadaran seluruh pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah dalam hal kesiagaan bencana
Dalam Peraturan Kepala BNPB, N0.4 th 2012 yang dimaksud sekolah aman adalah
Sekolah aman dari bencana adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana. Penerapan sekolah aman dari bencana terutama didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: (1) Mengurangi gangguan terhadap kegiatan pendidikan, sehingga memberikan jaminan kesehatan, keselamatan, kelayakan termasuk bagi anak berkebutuhan khusus, kenyamanan dan keamanan di sekolah setiap saat; (2) Tempat belajar yang lebih aman memungkinkan identifikasi dan dukungan terhadap bantuan kemanusiaan lainnya untuk anak dalam situasi darurat sampai pemulihan pasca bencana; (3) Dapat dijadikan pusat kegiatan masyarakat dan merupakan sarana sosial yang sangat penting dalam memerangi kemiskinan, buta huruf dan gangguan kesehatan; (4) Dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat dalam mengkoordinasi tanggap dan pemulihan setelah terjadi bencana; (5) Dapat menjadi rumah darurat untuk melindungi bukan saja populasi sekolah tapi juga komunitas dimana sekolah itu berada.

Lebih rinci Perka BNPB 4/2012 menjelaskan “Secara garis besar penilaian non struktural dalam Pedoman Penerapan Sekolah Aman dari Bencana berupa parameter, indikator, dan penilaian adalah sebagai berikut” :
1. Tersedianya pengetahuan mengenai bahaya (jenis bahaya); 
2. Kerentanan; Kapasitas; Risiko dan sejarah bencana yang terjadi dilingkungan sekolah atau daerahnya;
3. Tersedianya pengetahuan mengenai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di sekolah;
4. Keterampilan warga sekolah termasuk anak dalam menerapkan rencana aksi sekolah  aman;
5. Terlaksananya sosialisasi mengenai pengetahuan Sekolah Aman dari bencana dan kesiapsiagaan kepada warga sekolah termasuk peserta didik;
6. Terlaksananya  kegiatan simulasi drill secara berkala di sekolah dengan melibatkan masyarakat sekitar.

Tujuan Pengembangan Parameter dan Indikator Sekolah Siaga Bencana :
1. Membangun budaya siaga dan budaya aman disekolah dengan mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di Bidang Penanganan Bencana (BPBD) ;
2. Meningkatkan kapasitas institusi sekolah dani ndividu dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota komunitas sekolah serta komunitas di sekeliling  sekolah;
3. Menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat luas melalui sekolah.

Indikator untuk Parameter sekolah siaga Bencana :
1. Adanya gugus siaga bencana sekolah termasuk perwakilan peserta didik;
2. Adanya perlengkapan dasar dan suplai kebutuhan dasar pasca bencana yang dapat segera dipenuhi, dan diakses oleh komunitas sekolah, seperti alat pertolongan pertama serta evakuasi, obat-obatan, terpal, tenda dan sumber air bersih;
3. Pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai kesiagaan sekolah secara rutin (menguji atau melatih kesiagaan sekolah secara berkala);
4. Adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana baik setempat (desa/kelurahan dan kecamatan) maupun dengan BPBD.

Langkah-langkah membangun sekolah siaga Bencana :
Membangun kesepahaman dan komitmen bersama antar anggota komunitas sekolah dengan atau tanpa difasilitasi oleh pihak luar;
2 Membuat rencana aksi bersama antara sekolah, komite sekolah, orang tua, dan anak-anak (bisa dalam bentuk lokakarya, FGD, atau meeting reguler);
3 Melakukan kajian tingkat kesiagaan sekolah dengan menggunakan lima parameter (pengetahuan dan sikap; kebijakan; rencana tanggap darurat; sistem peringatan dini; dan mobilisasi sumberdaya);
4 Peningkatan kapasitas (pelatihan-pelatihan) untuk semua stakeholder sekolah (guru, karyawan/staf administrasi, satuan pengamanan, anggota komite sekolah, orang tua, anak-anak);
5 Lokakarya pembentukan sekolah siaga bencana (merumuskan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap, draft kebijakan, sistem peringatan dini, rencana tanggap darurat, dan mobilisasi sumberdaya);
 Simulasi/drill menghadapi bencana (sesuai dengan jenis ancaman) dengan frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah yang bersangkutan Standarisasi/pembakuan sekolah siaga bencana;
 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SSB;
 Sosialisasi dan promosi keberadaan SSB di Lingkungan Sekolah;

Tujuan penanggulangan sekolah siaga Bencana :
1. Memberikan pelindungan kepada masyarakat melalui sekolah dari ancaman bencana;  
2.  Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,  terkoordinasi, dan menyeluruh;
4.  Menghargai budaya lokal;
5.  Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam catatan bahwa Kejadian Bencana di Kota Cilegon dalam kurun waktu 2018 sampai dengan 2020 adalah Peristiwa Banjir terjadi sebanyak 39 Peristiwa, Angin Puting beliung 19 Peristiwa, Tanah Longsor 14 Peristiwa, Kekeringan 2 Peristiwa, Kegagalan Tehknologi (PT. DOVER) dan musibah yang saat saat ini sedang terjadi adalah Bencana Non Alam Covid-19.

Jika melihat pengalaman tersebut maka sekolah-sekolah yang berada dilingkungan rawan bencana saya sarankan agar membuat analisa serta perencanaan antisipasi sedemikian rupa untuk mengurangi resiko kerugian akibat musibah bencana serta mengantisipasi bentuk pencegahannya dengan membuat serangkaian mitigasi berupa kajian dan kebijakan pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat untuk melakukan antisipasi berdaya guna berupa persiapan pembangunan fisik infrastruktur tanggap darurat guna meminimalisir resiko dari timbulnya bencana sehingga dapat menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman musibah yang terjadi misalnya seperti sekolah yang berada dilingkungan Grogol dan Purwakarta yang baru-baru ini terkena banjir supaya membuat tata ruang penyimpanan dokumen arsip-arsip penting milik sekolah, jika ketinggian air ketika terjadi banjir setinggi satu meter maka ruang penyimpanan arsip dokumen harus dibuat lebih tinggi, sehingga arsip-arsip dokumen penting milik sekolah aman tidak rusak.

Perlu diingat bahwa :
KESELAMATAN MANUSIA DARI RESIKO BENCANA SEBAGIAN BESAR DITENTUKAN OLEH PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MENYELAMATKAN DIRI.
MAKA SETIAP INDIVIDU WAJIB MEMILIKI PENGETAHUAN TENTANG KEBENCANAAN AGAR DAPAT MENYELAMATKAN DIRI DAN MENOLONG ORANG LAIN KETIKA TERJADI BENCANA.

MOTO :
MENCEGAH DAN SIAP SIAGA BENCANA LEBIH BAIK DARIPADA KITA MENYESAL SETELAH TERJADINYA BENCANA.
MENCEGAH BENCANA LEBIH MURAH DARIPADA MENANGGULANGI BENCANA.

Rabu, 19 Agustus 2020

The New Normal Adaptation

by : Dr. H. Ismatullah, M.Pd

Kesadaran kita di masa covid-19, khususnya di masa Adaptasi Kebiasaan Baru ini ternyata belum seirama dengan harapan pemerintah. Setelah adanya pemberlakuan the New Normal (kebiasaan baru), masyarakat dalam menggunakan masker di tempat umum kesadarannya belum menggembirakan.

Ketika adanya peningkatan penderita covid-19 disetiap wilayah bahkan adanya klaster baru, seharusnya masyarakat bukan hanya takut tetapi berpartisipasi dalam mendukung setiap protokol kesehatan yang diimplementasikan oleh Satuan Gugus Tugas Covid-19.

Saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), social distance, work from home, physical distance bahkan diperpanjang pada periode berikutnya telah memberikan upaya yang efektif dalam pencegahan penyebaran covid-19. Saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan dan masyarakat bersiap-siap untuk mudik sebagaimana biasanya. Pesawat udara, Kapal Laut, Bus, Kereta Api secara masal lock down memberhentikan operasionalnya demi pencegahan Covid-19.

Di masa covid-19, upaya pembagian sembako, uang tunai dan berbagai program meringankan disusun rapih sekalipun pada inplementasinya tak ada gading yang tak retak.

Semua Pemda, kabupaten, kota dan propinsi melakukan aefucing anggaran dalam upaya berpihak pada rakyat sehingga penanganan covid-19 di tanggulangi pemerintah melalui Satgas Nasional, Propinsi dan kab/Kota yang melibatkan TNI dan Polri.

Bertambahnya Rumah sakit Pemerintah dan Swasta yang ditunjuk untuk penanganan penderita covid-19 sangat bermanfaat sehingga memperlebar peluang sembuh, memperluas jangkauan tim medis untuk berkontribusi dalam upaya-upaya menekan terjadinya korban demi masa depan bangsa.

Peranan berbagai ormas, organisasi profesi, lembaga sosial, media cetak, radio, TV dan elektronik/on-line memberikan akses informasi tentang covid-19 dan pencegahannya semakin berdayaguna.

Terkait dengan dunia pendidikan di masa covid-19 ini, memang terasa kita ini seperti menjadi negara maju. Serba on-line menggunakan akses internet, belanja kuota tak terbatas, sinyal bagus menembus hutan dan gunung, sampai ditengah samudra, semua penduduk memiliki HP Android yang memadai. Gurunya profesional dengan kemampuan IT memadai. Benarkah demikian?

Kemana peran Dunia Usaha dan Dunia Industri untuk Pendidikan kita? CSR ( Coporate Social Responsibility) yang dimiliki sudah waktunya membantu jeritan masyarakat untuk Peduli Pendidikan melalui penyediaan HP/pulsa Kuota/akses untuk pegunungan dan lain lain.

Pendidikan itu tiga dimensi, para Rasul saja menerima wahyu langsung disampaikan oleh para malaikat yang diutusnya, memerlukan tegur sapa, contact body, tatapan sayang, appersepsi, sentuhan kelembutan dari para guru, pujian dan terkadang teguran (reward & punishmant) yang mendidik. Interaksi social sesama teman merupakan pembelajaran social cultural yang teramat penting sehingga mereka kelak menjadi generasi mandiri yang pandai bergaul dengan kawan maupun lawan sehingga lengkap mereka bersikap dan bertutur kata.

Kita menyadari betul Metode Daring adalah salah satu metode yang paling efektif saat ini di masa pandemi covid-19, namun ketika AKB diberlakukan, Herd Immunity menjadi pertahanan terakhir maka kecemasan semakin menjadi-jadi.
Ayo kita hidup dengan pola sehat ala protocol kesehatan covid-19, kita ikuti dengan sabar, patuh semoga manfaat untuk menyongsong INDONESIA MAJU.

Minggu, 09 Agustus 2020

Survey Kesiapan Satuan Pendidikan Dalam Pembelajaran Tatap Muka

 by Guyup Suroso



Secara tiba-tiba ujug-ujug makbedunduk Pandemi merubah tatanan kehidupan sosial, Dunia Pendidikan tidak luput dari dampak yang sampai kini terus menggelinding.
Bahkan para pakar telah menyebutkan bahwa penyebaran virus Corona tidak akan pernah punah dan berhenti, sebab virus ini merupakan mahluk baru yang muncul karena sebab akibat adanya interaksi timbal balik yang telah tergabung dalam sebuah ekosystem dalam kehidupan dimuka bumi ini. Ekosistem bisa dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi

Contohnya virus Flu, Pilek dan Batuk sampai kini tak pernah hilang dan musnah, malah Flu, Pilek dan Batuk trus nempel dalam ekosystem kehidupan, dan pada ahirnya kitapun bersahabat dengan virus tersebut bahkan sangat akrab.
Demikian halnya dengan mba Corona, Sebagai seorang pria kita harus bersahabat dangan wanita dengan catatan wajib mengikuti tata cara persahabatan sebagaimana layaknya kita bersahabat dengan sesama, tutup aurat, ada jaga jarak ada tata krama tidak boleh sembarangan jika bukan mahromnya. Seperti itulah pola yang disyarankan, jika bukan mahromnya kok ternyata dilanggar maka pelaku akan menerima sangsi dari akibat yang ditimbulkan.

Yang menjadi pertanyaan adalah “Sampai kapan demikian ini akan terus terjadi ?

Seperti yang saya sebutkan diatas bahwa virus Flu, Pilek dan Batuk sampai kini sangat akrab dalam ekosystem kehidupan kita, terkena virus Flu, Pilek dan Batuk berarti karena diawali dengan adanya sebab akibat kita melanggar tata krama dalam pola hidup, pola makan dan pola pergaulan, misalnya seperti minum es atau memakan makanan yang tidak sesuai dengan kekebalan tubuh kita, sedangkan pola pergaulan yang mengakibatkan kita terkena Flu, Pilek dan Batuk adalah karena tidak menjaga jarak.
Dengan demikian Maka jawabannya dari pertanyaan diatas adalah adanya akad sampai ditemukannya obat untuk Corona. Akad dimaksud adalah kesepakatannya untuk mentaati Protokoler Kesehatan yang sudah menjadi Keputusan Pemerintah, dan para ahli terus berupaya untuk menemukan obat tersebut, sehingga pada ahirnya setelah ditemukan obat Corona nantinya akan dijual di warung-warung seperti halnya obat untuk virus Flu, Pilek dan Batuk

Seiring adanya polemik pro dan kontra tentang bertambahnya zona hijau kuning dan merah maka dunia Pendidikan pun dengan berbagai cara berupaya untuk menembus agar diperbolehkan menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka telah menggelinding ke berbagai arah.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh semua pihak termasuk Penilik, Pengawas dan Guru terhadap Kesiapan Satuan Pendidikan adalah melakukan survey dimasing-masing Satuan baik formal maupun non formal  . 

Hal ini merupakan salah satu cara yang harus dilakukan sebab merupakan bentuk tanggung jawab moral dan kebulatan tekat bersama untuk menyelamatkan "Calon Generasi Emas", maka Penilik, Pengawas dan Guru harus berbuat dan bertindak.
Ayo kita lakukan survey kesiapan Satuan Pendidikan binaan kita, agar secara jelas dapat kita lihat sejauh mana kesiapan Satuan yang masuk dalam kategori pada zona yang diperbolehkan menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka.

Berikut, butir2 instrumen yang bisa digunakan untuk melakukan survei pada masing-masing Satuan Pendidikan, (Marsum 2020)
1. Apakah satuan pendidikan Saudara memiliki sarana sanitasi dan kebersihan (toilet bersih; sarana cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan pembersih tangan (hand sanitizei; dan disinfektan) ?
2. Apakah satuan pendidikan Saudara siap melakukan koordinasi dengan instansi kesehatan seperti Puskesmas, klinik, rumah sakit, dan lainnya jika sewaktu-waktu ada kejadian luar biasa terkait Covid-19 ?
3. Apakah satuan pendidikan Saudara siap menerapkan area wajib masker ?
4. Apakah satuan pendidikan Saudara memiliki alat  thermogun (pengukur suhu tubuh tembak) ?
5. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah membuat dokumen pemetaan warga satuan pendidikan (guru, orangtua, anak) terkait dengan Covid-19 ( riwayat kontak dengan orang positif Covid-19, pernah perjalanan dari wilayah zona merah dan belum isolasi 14 hari, dsb) ?
6. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah membuat kesepakatan bersama komite sekolah terkait kesiapan melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan ?
7. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah membentuk Satuan Tugas Covid-19 dengan melibatkan orang tua/wali  dan masyarakat sekitar ?
8. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah membuat rencana kegiatan dan anggaran satuan pendidikan (RAKS) terkait pendanaan kegiatan sosialisasi, peningkatan kapasitas, dan pengadaan sarana prasarana sanitasi, kebersihan, dan kesehatan satuan pendidikan ?
9. Apakah satuan pendidikan Saudara siap menginformasikan kepada pihak berwenang (dinas pendidikan/kesehatan) jika ada warga satuan pendidikan  terkonfirmasi positif COVID- 19 ?
10. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah membuat kelompok belajar dan pengaturan jadwal pelajaran ?
11. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah melakukan pengaturan tata letak ruang (dengan tanda jarak) dengan memperhatikan jarak 1,5 m jarak antar-orang duduk dan berdiri atau mengantri ?
12. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah melakukan pengaturan lalu lintas 1 (satu) arah terutama di ruang yang sempit dengan memberikan batas pemisah dan penanda arah ?
13. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah membuat prosedur pemantauan dan pelaporan kesehatan warga satuan pendidikan ?
14. Apakah satuan pendidikan Saudara siap melakukan pembersihan dan disinfeksi di satuan pendidikan setiap hari selama I (satu) minggu sebelum penyelenggaraan tatap muka dimulai dan dilanjutkan setiap hari selama satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran tatap muka ?
15. Apakah satuan pendidikan Saudara sudah membuat aturan pedagang kaki lima dan warung makanan di sekitar lingkungan satuan pendidikan ?
16. Apakah satuan pendidikan saudara siap melakukan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan di lingkungan satuan pendidikan, khususnya orang tua/wa1i peserta didik, terkait pengaturan pembelajaran tatap muka ?
17. Apakah satuan pendidikan saudara sudah menempelkan poster dan/atau media komunikasi, informasi, dal edukasi lainnya pada area strategis di lingkungan satuan pendidikan, terkait Covid-19 ?

Arahkan jawabannya adalah “Ya” dan “Tidak atau Belum”
Keterangan untuk jawaban survey adalah jika Satuan menjawab “ya” maka memperoleh score 2 dan jika jawabannya “Tidak atau Belum mendapatkan score 1
Untuk melihat Tingkat Kesiapan Satuan dalam Pembelajaran Tatap Muka menggunakan rumus sebagai berikut :
X = Score Perolehan dibagi Score tertinggi
Contoh :   X =32/34 X 100% = 94 
Jika nilai 90 ke atas, maka Satuan Pendidikan tersebut telah siap untuk melaksanakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka

Agar lebih efisien format survey tersebut menggunakan Google Formulir, sehingga bisa dilakukan secara online dan langsung diketahui prosentase hasil survei, Sekecil apapun yg kita lakukan, akan memberikan makna kepada banyak orang.

Catatan : 
Hasil laporan survei, bisa dijadikan sebuah makalah yang bernilai untuk Angka Kredit guna kenaikan pangkat bagi para ASN Fungsional