by : Guyup Suroso
![]() |
| Sekretaris IPI Kota Cilegon |
Dunia Pendidikan turut merasakan dari dampak mewabahnya virus corona, sejak 16 Maret 2020 Pemerintah melalui Kemendikbud memutuskan agar seluruh sekolah memindahkan siswa-siswinya untuk Belajar Di Rumah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengambil langkah dengan menerbitkan Surat Edaran no 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Selama Masa Darurat Pandemi (Covid-19). Surat Edaran tersebut menginstruksikan agar seluruh proses pembelajaran dilaksanakan melalui Belajar Di Rumah (BDR). Dalam instruksi tersebut sebenarnya terdapat adanya kekeliruan jika ditujukan kepada Pendidikan Usia Dini (PAUD), sebab yang ada pada Pendidikan PAUD adalah kegiatan bermain.
Instruksi ini terjadi dengan ujug-ujug tiba-tiba mak bedunduk harus dilaksanakan tanpa edukasi pembekalan kepada sekolah, guru maupun orang tua terlebih dahulu.
Dengan demikian timbulah pertanyaan, siapkah sekolah, guru, murid dan orang tua melaksanakan instruksi tersebut ?
Jawabanya tentu tidaklah mudah, pemerintah terlihat lalai bahwa dunia PAUD tidak bisa disamakan dengan dunia pendidikan diatasnya, kata belajar merupakan kegiatan yang biasa digunakan untuk anak-anak usia sekolah yang dimulai sejak usia SD, SLTP, dan seterusnya hingga Perguruan Tinggi. Penulis faham dan menyadari hal ini hanya masalah bahasa saja, tetapi dilapangan kebijakan tersebut memiliki pengertian dan pengaruh serta dampak luar biasa.
Dengan demikian siap tidak siap, mau tidak mau proses pembelajaran dirumah harus dimulai dan berlangsung. Kesiapan guru dan siswa pun bervariasi, ada yang siap, ada yang terpaksa siap, dan ada yang betul-betul tidak siap. Tanpa persiapan apa pun, sistem belajar mengajar berubah dari tatap muka menjadi belajar jarak jauh melalui daring. Bagi sekolah, guru, dan siswa yang baru pertama kali menjalankan tentu menjadi masalah besar. Orang tua murid yang tidak memiliki bekal mendidik menjadi kewalahan dalam menjalankan tugas barunya sehingga tidak sedikit terjadi perdebatan dan ahirnya kembali pada keadaan siap tidak siap, mau tidak mau proses pembelajaran dirumah harus berlangsung, dengan demikian untuk menjawab pertanyaan diatas adalah agar seluruh elemen dan lapisan harus menyikapinya secara bijaksana.
Merdeka Belajar di Paud adalah Merdeka Bermain.
Merdeka Belajar menjadi solusi, merdeka memiliki arti sebuah kebebasan mendalam, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, kebebasan mengambil keputusan, merdeka berpikir. Belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang, belajar bagi anak bertujuan untuk membantu memahami sesuatu yang sedang dihadapi untuk digunakan memecahkan masalah sehari-hari.
Proses belajar pada anak usia dini terjadi melalui bermain, berlari, melompat, mencoret-coret, dan lainnya. Anak usia Dini belum mampu mengambil hikmah dari pengalaman serta kesalahan. Namun orang tua harus bisa memberi kesempatan anak untuk mencoba, melakukan serta memecahkan masalah yang sesuai dengan usianya dari kesalahan dan kegagalan yang terjadi, kesalahan dan kegagalan adalah bagian alami dari proses belajar.
"Merdeka Belajar" dibutuhkan di era saat ini, anak-anak tidak lagi harus mengikuti kurikulum yang tersedia, namun bisa menggunakan metode belajar yang paling cocok digunakan, Sebab, dalam "Merdeka Belajar" terdapat kemandirian dan kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan untuk menentukan sendiri cara terbaik dalam proses pembelajaran. (Nadim 2019)
Melalui bermain, anak akan menjadi anak hebat, karena bermain dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Inilah kemampuan istimewa anak usia dini yang harus Ayah dan Bunda tahu : Istimewa fisik-motorik Ini adalah kemampuan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan.
Kaki-kaki dan tangan yang selalu bergerak, jari-jari yang selalu menggores dan memainkan benda.
Anak suka berlari, anak bisa menendang bola dan melompat. Anak senang coret-coret, Anak bisa mewarnai, anak bisa mendengarkan yang ahirnya bisa berceloteh dari hasil mendengar, mengucapkan nama-nama benda sekitar dan akhirnya bisa berbahasa dengan baik.
Anak bisa meniru suara-suara orang dan binatang. Anak bisa menanyakan sesuatu. Anak bisa menyampaikan keinginan. Anak juga bisa bercerita. Istimewa kecerdasan Ini adalah kemampuan dalam memahami informasi dan pengetahuan tentang segala hal, terutama yang ada di sekeliling anak.
Diatas penulis menyebut bahwa pemerintah terlihat lalai bahwa dunia PAUD tidak tidak mengenal kata belajar dan bisa disamakan dengan dunia pendidikan diatasnya. Penulis faham dan menyadari hal ini hanya masalah bahasa saja, tetapi memiliki pengertian yang berbeda dan pengaruhnya luar biasa.
Selaku Pengendali Mutu dan evaluasi dampak penulis mengambil kesimpulan adanya beberapa masalah yang harus diluruskan diantaranya adalah :
1. Meberikan pengertian kepada guru-guru dilapangan tentang maksud dan pengertian Belajar Di Rumah (BDR)
2. Melakukan Pembinaan dan Pembimbingan agar proses kegiatan Belajar Dirumah menjadi menjadi menarik dan bermakna
3. Melakukan Pembimbingan Guru PAUD dalam menginspirasi Pencapaian Enam Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Revitalisai Merdeka Belajar adalah Merdeka Bermain selama BDR pada Masa Pandemi Covid-19
Enam Aspek Perkembangan (1) Nilai agama dan moral, (2) Fisik-Motorik, (3) Kognitif, (4) Bahasa, (5) Sosial-Emosional, dan (6) Seni. Keenam aspek ini harus berkembang secara optimal agar anak selaku peserta didik dapat melangkah ke perkembangan selanjutnya pada tingkat Sekolah Dasar tanpa kekurangan suatu apapun,
Sebagaimana kita ketahui bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang biasa digunakan untuk anak-anak usia sekolah yang dimulai sejak usia SD, SLTP, dan seterusnya hingga Perguruan Tinggi, berarti penggunaan kata tersebut sangat tidak tepat untuk digunakan pada anak usia dini yang belum memasuki usia sekolah. Sebutan yang tepat bagi anak usia dini untuk mencapai enam aspek perkembangan adalah dengan menggunakan kata bermain yang sekaligus merupakan bahasa akrab penuh kehangatan yang dapat memotivasi anak-anak usia dini yang dengan tanpa disadari dalam kegiatan bermain tersebut mengandung unsur-unsur enam aspek perkembangan sesuai tingkat perkembangan usia.
Setelah dilakukan analisis dan menelaah adanya keluhan-keluhan Pengelola dan Guru PAUD serta orang tua murid selama proses kegiatan Belajar Di Rumah (BDR), dengan penyebab masalah antara lain 1) Kurangnya pemahaman penggunaan alat Tehnologi Informasi, 2) Tidak memiliki handphone android, 3) Keterbatasan belanja paket data internet, 4) Kurangnya pemahaman orang tua murid dalam menyampaikan kegiatan Belajar Di Rumah.
Memperhatikan permasalahan kesiapan murid Paud dalam BDR Tidak Lancar selama Masa Pandemi Covid-19 dari hasil survey dengan jumlah sebagai berikut 1) Kurangnya pemahaman penggunaan alat Tehnologi Informasi sebesar : 6,6 %, 2) Tidak memiliki handphone android sebesar : 11 %, 3) Keterbatasan belanja paket data internet sebesar : 8,6 %, 4) Kurangnya pemahaman orang tua murid dalam menyampaikan kegiatan Belajar Di Rumah : 73 %, maka Penilik memutuskan prioritas permasalahan dari prosentase terbesar yaitu permasalahan ke empat mendesak untuk dilakukan pembimbingan yaitu permasalahan yang mudah tetapi sangat penting dalam proses pelaksanaan kegiatan Belajar Di Rumah dan tidak memerlukan biaya untuk didahulukan yaitu permasalahan ke empat yaitu Kurangnya pemahaman orang tua murid dalam menyampaikan kegiatan Belajar Di Rumah, dengan penekanan pencapaian Enam Aspek Perkembangan melalui revitalisasi kata belajar menjadi kata bermain pada masa Pandemi Covid_19, bahwa setiap kegiatan belajar dirumah dilakukan dengan sebutan kata bermain.
Pada bimbingan tersebut penilik memberikan contoh kepada guru tentang perbedaan penggunaan kata belajar diganti dengan kata bermain, ketika ibu atau orang tua murid akan melakukan aktivitas di dapur, lihat dua contoh cara ibunya mengajak anaknya untuk berperan aktif bersama ibunya di dapur sebagai berikut ;
a) “Yuk kita belajar di dapur, atau Yuk kita belajar masak di dapur”.
b) “Yuk kita bermain di dapur, atau Yuk kita bermain masak-masakan di dapur”
Guru atau seluruh peserta bimbingan diminta untuk membandingkan dari dua contoh tersebut, perintah atau ajakan yang mana yang akan disenangi anak ?
Guru dan seluruh peserta pembimbingan sepakat memilih dan menentukan contoh (b) atau contoh kedua merupakan ajakan yang paling tepat untuk digunakan dalam penyampaian mengajak anak dalam proses kegiatan belajar dirumah selama masa pendemi Covid-19, sebab dengan perintah atau ajakan tersebut respon anak akan langsung termotivasi semangat dan mengajak agar permainan segera dimulai. Sedangkan contoh (a) anak-anak tidak menunjukan adanya respon.
Penulis sebagai pemateri pembimbingan bersama seluruh guru sebagai peserta pembimbingan sepakat memutuskan bahwa untuk mewujudkan Merdeka Belajar di Paud kata belajar diganti dengan kata bermain sangat tepat untuk digunakan dalam mengajak anak untuk belajar pada masa Pandemi Covid_19. selanjutnya penulis menjelaskan kepada seluruh guru selaku peserta pembimbingan agar dalam penyampaian ajakan bermain pada anak selama BDR dimasa Pendemi Covid-19 agar setiap permainan wajib mengandung unsur-unsur enam aspek perkembangan anak usia dini antara lain sebagai berikut :
1. Aspek Agama dan Moral ; sebagai awal kegiatan bermain, anak dikenalkan setiap semua kegiatan wajib diawali dengan Do,a dan menyebutkan benda apa saja yang ada di dapur yang merupakan ciptaan Allah.
2. Aspek Pyisik Motorik ; Dalam setiap permainan anak diajak untuk melakukan sendiri menggunakan tangannya atau gerakan organ lain misal memindahkan bumbu-bumbu masak atau macam sayuran yang ada di dapur.
3. Aspek Kognitif ; Setiap kegiatan bermain orang tua wajib memberi pertanyaan tentang nama-nama benda yang ada dan sedang digunakan untuk bermain misalnya jika sedang didapur orang tua atau ibu menanyakan tentang nama-nama sayur yang ada di depannya serta diminta untuk menghitungnya.
4. Aspek Bahasa ; Setiap kegiatan bermain anak wajib menyebutkan tentang nama-nama benda yang ada dan sedang digunakan untuk bermain misalnya jika sedang didapur atau yang ada di depannya.
5. Aspek Seni ; Setiap kegiatan bermain anak diajak untuk menyebutkan warna-wanra benda yang sedang dimainkan atau bernyanyi sesuai dengan nama-nama benda yang ada dan sedang digunakan misalnya jika sedang didapur atau yang ada di depannya.
Melalui tehnik pembimbingan Guru Paud Dalam Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Anak Merdeka Belajar adalah Merdeka Bermain di lembaga PAUD dapat tercapai. Hal ini terlihat adanya pemahaman tentang revilatilasi kata belajar menjadi kata bermain, sehingga Anak-anak memiliki kebebasan melakukan aktivitas melalui Merdeka Bermain dapat meningkatkan nilai-nilai enam aspek perkembangan Usia Dini.
Pembimbingan Guru Paud Dalam Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini dalam Kegiatan Anak Merdeka Belajar adalah Merdeka Bermain dapat memecahkan masalah bagi anak dan orang tua selama BDR pada masa pandemi Covid-19, Anak-anak merasakan adanya kebebasan merdeka melakukan aktivitas bermain sehingga termotivasi dalam meningkatkan nilai-nilai enam aspek perkembangan Usia Dini.
Dampak yang positif terhadap Pengelola, pendidik, orang tua murid, juga kepada peserta didik Usi dini secara rinci sebagai berikut :
1. Bagi Murid Usia Dini dengan revitalisasi kata belajar dengan kata bermain dalam kegiatan BDR merupakan motivasi sebab dalam benak dan pikiran Anak Usia Dini belum mengenal instilah kata belajar, yang mereka kenal adalah bermain. Melaui bermain akan terjadi Proses perkembangan secara simultan sesuai dengan tingkat perkembangan pertumbuhan dan setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional yaitu aspek agama dan moral, kognitif, motorik, sosial emosional, bahasa dan seni.
2. Bagi Orang tua gencarnya sosialisasi pemerintah terhadap informasi kegiatan proses Belajar dilakukan dengan cara Jarak Jauh dapat menjadikan orang tua murid lebih semangat dalam mengikuti pembimbingan kelas orang tua, hal ini sangat membantu sebab bagi orang tua murid ini merupakan ilmu yang baru diterima, Orang tua murid bertambah wawasan dan pengetahuan istilah enam aspek perkembangan Anak Usia Dini. Dan selama ini yang orang tua ketahui bahwa sekolah di Paud itu merupakan kegiatan belajar, dan tidak menyadari jika kemampuan anak usia dini itu melalui bermain akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, maka dengan revitalisasi kata belajar menjadi kata bermain dalam kegiatan Belajar Dirumah sangat membantu sebab terlihat adanya perubahan motivasi putra-putrinya, intinya orang tua tidak darting.
3. Bagi Pendidik kegiatan pembimbingan ini adalah merupakan pembimbingan guna peningkatan kompetensi pendidik sendiri dalam Penguatan Karakter sehingga kegiatan yang dilaksanakan ini sesuai dengan kebutuhan pengembangan kompetensi pendidik pada masa Pandemi Covid-19
4. Bagi lembaga, kegiatan ini merupakan bagian dari total quality manajement masa pandemi Covid-19, sehingga menjadi perbaikan terhadap Peningkatkan Kompetensi dan Penguatan Karakter guru dalam proses belajar mengajar pada masa Pandemi Covid-19.
5. Bagi Penilik, kegiatan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan/referensi dalam melaksanakan tupoksinya sebagai pengendali mutu program PNFI untuk unsur pembimbingan serta untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Permenpan dan RB Nomor 14 Tahun 2010.
6. Bagi pemerintah dalam hal ini instansi terkait, kegiatan pembimbingan ini memberikan gambaran sebagai bahan kebijakan untuk meningkatkan kompetensi dan karakter guru dan orang tua murid dalam proses belajar mengajar pada masa Pandemi Covid-19.
Strategi Pembimbingan Guru Paud Dalam Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Revitalisasi Merdeka Belajar adalah Merdeka Bermain dapat membantu memotivasi murid, pendidik serta orang tua pada kegiatan Belajar Di Rumah selama masa Pandemi Covip-19
***Wujudkan Merdeka Belajar di Paud melalui kemerdekaan Bermain dan berekspresi dalam mencapai Enam Aspek Perkembangan



