Teori Pendidikan Anak Usia Dini
1. Howard Gardner (1943)
Teori Howard Gardner muncul dalam
jaman kita hidup sekarang ini. Ia mengatakan bahwa pada hakekatnya setiap anak
adalah anak yang cerdas. Kecerdasan bukan hanya dipandang dari factor IQ saja,
tetapi juga ada kecerdasan-kecerdasan lain yang akan mengantarkan anak pada
kesuksesan.
Macam-macam kecerdasan menurut
Gardner adalah :
Kecerdasan bahasa : kecerdasan
anak dalam mengelola kata-kata.
Kecerdasan logika : kecerdasan
dalam bidang angka dan alasan logis.
Kecerdasan musik : kecerdasan dalam
bidang musik.
Kecerdasan gerak (kinestetik) :
kecerdasan dalam mengolah anggota tubuh.
Kecerdasan gambar (spasial):
kecerdasan anak dalam permainan garis, warna, dan ruang.
Kecerdasan diri (intrapersonal):
kecerdasan dalam bidang pengenalan terhadap diri sendiri.
Kecerdasan bergaul
(interpersonal): kecerdasan dalam membina hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan alami (naturalist):
kecerdasan yang berhubungan dengan alam.
Kecerdasan rohani (spiritual):
kecerdasan mengolah rohani.
Jadi, Gardner memandang bahwa
setiap anak memiliki peluang untuk belajar dengan gaya masing-msing anak.
2. John Bowlby (1907 – 1990).
John Bowlby terkenal sebagai
salah seorang pelopor teori Ethologi. Dia lahir di London. Dia merupakan
seorang guru di Proggessive Schools for Children, yang memberi perawatan medis
dan latihan psiko-analitik. Teori Bowlby yang tekenal adalah tentang teori
attachment. Dia mengemukakan perkembangan attachment bayi. Attachment yang
dimaksud adalah keteraturan, kesenangan, keinginan untuk melekat terhadap
orang-orang yang diakrabi. Salah satu attachment bayi adalah menangis ketika
ditinggalkan pengasuhnya dan tersenyum ketika pengasuhnya datang atau memberi
makan. Menurut Bowlby meskipun respon sosial bayi pada awalnya tanpa
diskrimisasi. Anak yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh hubungan sosial
dengan orang lain akan mempengaruhi perkembangan sosial anak. Bila anak
kehilangan kesempatan untuk megembangkan hubungan anak dengan lingkugan sosial
selama periode bayi, maka mungkin hubungan sosial anak akan menjadi menyimpang
seletah dewasa. Bayi yang kehilangan kontak yang memuaskan dengan manusia lain
mereka akan kesulitan untuk mengembangkan tingah laku sosial yang sesuai. Ada
dua ketekunan pada usia dini yaitu “separate enciety” dan stager anciety”.
anak-anak yang sering ditinggal, petama anak akan menangis dan menolak semua
bentuk pengasuhan, berkembang melalui periode despair; menjadi quiet, menarik
diri dan pasif. Pengasuh hendaknya memiliki pola yang tidak berbeda dengan
orangtuanya. Orangtua harus memberikan perhatian, kasih sayang dan perasaan
aman pada bayi agar anak berkembang dengan baik.
3. Jean Piaget (1907 – 1980)
Piaget merumuskan tahap perkembangan intelektual anak dalam
3 tahap yaitu ;
Tahap sensori motorik (usia 0 – 2
tahun). Pada tahap ini anak berpikir adalah memahami diri dan lingkungannya
melalui kesan-kesan sensori dan gerakangerakan motoriknya. Pikiran anak
berkembang dengan pesat, berpikir anak belum sistematis, sering meloncat-loncat
dari satu ide ke ide lain, dan belum logis, salah satu simbul yang digunakan
adalah bahasa, sehingga bahasa anak berkemang dengan pesat, Mereka mulai
mengunakan simbol ketika mereka menggunakan objek atau tindakan untuk
menggambarkan sesuatu benda yang hilang (Ginsburg dan Opper, dalam Crain, 1992).
Anak berpikir melalui kesan-kesan yang diterima sensorinya, seperti melalui
melihat, mendengar, meraba, mencium, mengecap, membau dan melalui
gerakan-gerakan yang dilakukan. Untuk mengembangkan berpikir anak dalam periode
berpikir sensori motorik adalah memberikan stimulasi melalui sensori-sensori
anak. Misalnya untuk mengembangkan berpikir anak melalui indera penglihatan
adalah memperlihatkan kepada bayi berbagai warna, berbagai bentuk, berbagai
pola/ukuran, benda yang bergerak dan memberikan kebebasan untuk bergerak,
menjangkau, memanipulasi benda, dll.;
Tahap preoperational konkret
(usia 2 – 6 tahun). Pada usia ini anak menurut Piaget sudah mulai berpikir
secara mental meskipun belum sempurna. Pada usia ini hayalan masih mendominasi
pikiran anak, anak sering menghayalkan sesuatu sebagaimana kenyataan. Ciri
utama berfikir anak usia dini adalah berpikir egosentris, kemampuan merekam
tinggi, rasa ingin tahu tinggi, sering melakukan dusta hayal, animistik, anak
sudah dapat menggunakan simbol-simbol sedehana untuk menyatakan perasaan dan
pikirannya. Ide-ide Piaget ini memiliki implikasi dalam pendidikan anak usia
dini, khususnya dalam pengembangan berpikir anak usia dini. Pertama, menekankan
bahwa anak adalah individu yang mampu membangun pengalamannya sendiri, oleh
karena itu proses pendampingan harus berorientasi pada anak, melalui proses
eksplorasi, intervensi dan membangun pengalaman anak sendiri melalui aktivitas
bebas. Pendidikan anak usia dini diharapkan tidak memperbaiki pengalaman anak,
tetapi menyediakan lingkungan, pengalaman dan material belajar yang diminati
dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi pengalaman anak dan menyelesaikan
masalah secara mandiri. Pentingnya penekanan pemberian kesempatan pengajaran
yang mempertimbangkan tingkat perkembangan anak. Menurut Piaget belajar untuk
anak harus melalui proses aktif menemukan dan harus sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Pendidikan dimulai melalui anak belajar melalui pengetahuan
langsung dan interkasi sosial.
4. Lev Vigotsky (1896 – 1934)
Vigotsky adalah seorang ahli
perkembangan berkebangsaan Rusia. Teorinya disebut dengan teori belajar sosial.
Vigotsky mengemukakan bahwa perkembangan manusia melalui interaksi sosial yang
memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif anak. Menurtut Vigotsky
anak belajar melalui dua tahapan yaitu interkasi dengan orang lain, orang tua,
saudara, teman sebaya, guru dan belajar secara individual melalui
mengintegrasikan segala sesuatu yang dipelajari dari orang lain dalam struktur
kognitifnya. Vigotsky mengemukakan tiga perlengkapan manusia yaitu tools of the
minds, zone of proximal development dan scoffolding. Tools adalah alat untuk
membantu mempermudah kerja, seperti pahat, mesin potong, gergaji, pisau, mesin
pangkas, adalah alat yang memudahkan kerja fisik manusia. Menurut Vigotsky
kerja mental juga akan lebih mudah jika ada alat pendukungnya yang ia sebut
sebagai tools of the minds yang berfungsi untuk mempermudah anak memahami suatu
fenomena, memecahkan masalah, mengingat, dan untuk berfikir. Misalnya,
kelereng, buah-buahan, lidi, bijibijian adalah sejenis alat yang dapat membantu
anak memahami konsep bilangan. Melalui alat ini akan dapat menghubungkan benda
dengan bahasa simbolik, seperti konsep bilangan satu, dua, tiga, empat, lima,
dan enam. Konsep zone of proximal development adalah suatu konsep tetang
hubungan antara belajar dengan perkembangan anak. Istilah zone menggambarkan
bahwa perkembangan merupakan suatu daerah atau medan. Perluasan suatu medan
perkembangan ditentukan oleh bantuan orang yang lebih ahli yang disebut
scaffolding. Scaffolling adalah bantuan yang diperoleh anak dari seseorang yang
lebih mampu, lebih mengetahui, dan lebih terampil dalam ZPD untuk membantu anak
agar memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi (Brunner dan Ross, 1976).
Bentuk bantuan misalnya menyediakan objek, menunjukan bagian objek, mnggunakan
gambar, menunjukan cara menggunakan sesuatu atau memberikan alat bantu
pengukuran.
Teori belajar Vigotsky memiliki
empat prinsip umum yaitu:
anak mengkonstruksi pengetahuan
akan lebih mudah bila tersedia tools of minds yang lebih kaya dan bervariasi,
belajar terjadi dalam kontek
sosial. Oleh karena itu, untuk membantu mengoptimalkan perkembangan anak, dia
harus dilibatkan sebanyak mungkin dalam interaksi sosial dengan sebaya, guru,
orang tua dan orang dewasa lainnya,
belajar mempengaruhi perkembangan
mental, dan
bahasa memegang peranan penting
dalam membantu perkembangan mental anak. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan
perkembangan berpikir anak, pengembangan bahasa atau literasi anak harus pula
dioptimalkan melalui melibatkan anak dalam aktivitas literasi di rumah, di
lembaga PAUD dan di masyarakat.
Vigotsky menyakini bahwa anak
memiliki kemampuan secara aktif membagun pengetahuan melalui interaksi sosial
di lingkungannya. Kontek sosial mempengaruhi perkembangan berpikir, sikap dan
tingkah laku anak. Kontek sosial adalah meliputi seluruh lingkungan dimana anak
tinggal yang secara langsung atau pun tidak langsung dipengaruhi oleh sistem
budaya yang berlaku dalam masyarakat dimana anak hidup.
Vogotsky mengemukakan tiga
konteks sosial yaitu :
interaktif, orang lain atau teman
sebaya yang sedang melakukan interaksi dengan anak,
tingkat struktural yaitu konteks
sosial yang memiliki struktur seperti anggota keluarga, lembaga PAUD, dan
masyarakat sekitar, dan
tingkat struktur sosial yang
meliputi keseluruhan berbagai hasil kreasi anggota masyarakat.
Teori-teori pendidikan anak usia
dini (PAUD) diatas menunjukan pentingnya memberikan pendidikan kepada anak di
usia dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar